Pada artikel kali ini, saya akan mencoba memaparkan sekilas mengenai pengalaman petani-petani desa Tlogopayung, Plantungan, Kendal dalam mengelola kebun/lahan tegalan mereka. Tiada lain dan tiada bukan, tujuan kami adalah sharing dan berbagi. Karena kami 1.000 % yakin bahwa usaha pertanian yang dikelola dengan baik, akan mendatangkan penghasilan yang dapat mencukupi diri, keluarga bahkan masyarakat....semoga....
Sudah berpuluh-puluh tahun bahkan beratus tahun yang lalu, petani desa Tlogopayung bermata pencaharian hampir 99 % adalah petani. Dulunya kami berkebun jeruk, tetapi semenjak jeruk terkena penyakit CVPD kalo gak salah th 1970an-lah, kemudian semua pohon jeruk diganti dengan kopi, cengkeh, melinjo, sengon dll. Sampai sekarang. Nah, tips kali ini merupakan pengalaman petani sini dalam mengelola kebun mereka. Berikut ini tipsnya mungkin berguna untuk kita semua.
1. Guru yang terbaik dalam mengelola lahan sudah pasti alam. Ya ! Alam alias hutan. Mengapa? Wah, kalo dijelaskan bisa panjang lebar, ndak rampung-rampung hehe... Tapi, singkatnya begini... Kondisi hutan yang beranekaragam tanaman, fauna dari mikroorganisme, serangga hingga hewan besar sampai iklim mikro yg ditumbulkannya merupakan contoh paling baik bagi kita dalam mengelola kebun. Jadi, supaya kebun kita hasilnya maksimal, yah..pake cara TUMPANG SARI -lah. Tumpangsari merupakan suatu sistem penanaman berbagai macam tumbuhan/pohon dalam satu lokasi dan diusahakan tumbuhan/pohon yg ditanam tsb mempunyai fungsi yg terkait satu sama lain, apakah itu fungsi ekonomi, ekologi mapupun pelestarian alam.
2. Pelajari iklim, tanah maupun temperatur daerah kita, karena itu akan menentukan tanaman apa yg cocok di desa kita. Nah, ambil contoh, di desa kami tanaman yg cocok adalah kopi, cengkeh, sengon, melinjo, jengkol, petai dll. Kami memilih kopi dan cengkeh sebagai tanaman utama, kemudian sebagai naungan (karena kopi merupakan tanaman yang membutuhkan naungan dr cahaya matahari) kami menanam sengon, di sela-selanya pingir kami menanam melinjo dan sedikit jengkol. Di bagian pinggir, ada juga petani yang nmenanami lahan tsb dengan pisang.
Berikut gambar kebun dari petani di desa Tlogopayung...
Dari foto diatas, anda bisa lihat ada berbagai macam tanaman tumpangsari , ada kopi, cengkeh, jengkol, pisang dan sengon. Beragam tumbuhan bukan ?
3. Pemilihan jenis tanaman diatas dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut : saya sudah menjelaskan diatas pertimbangannya diantaranya yaitu aspek ekonomi dan ekologi. Hmm...begini maksudnya :
- kopi yang berbuah hampir tiap tahun dapat kita andalkan sebagai pendapatan tahunan
- cengkeh, karena disini daerah yg cukup dingin, biasanya berbuah setiap 2 tahun, tapi ya cukup lumayanlah...apalagi harga cengkeh yang cukup tinggi
- sengon, nah ini tanaman multi manfaat. Dia cocok sebagai tanaman pelindung, karena selain berdaun sempit (sehingga sinar matahari tetap bisa menerobos di sela-sela daunnya), sengon sebagai tanaman famili Leguminosae juga menyuburkan tanah karena akarnya mengandung bakteri Rhizobium (bakteri penambat N dari udara). Sengon juga cukup cepat tumbuhnya, umur 4-5 tahun sdh bisa dipanen. Bisa untuk pendapatan keluarga jangka panjang. Apalagi harga kayu sengon sekarang cukup mahal bisa sampai 700-800 ribu per meter kubik. Supaya sengon cepat besar caranya mudaH, KLIK DISINI . Seandainya sengon terserang karat puru, obatnya ADA DISINI.
- jengkol, tanaman berbuah setiap tahun. Laku di pasar. Siapa sih yang tidak suka jengkol...hmm...kesukaan saya...hehe. Bahkan kulitnya pun bisa digunakan untuk pembuatan pestisida-organik-sendiri
- pisang merupakan andalan pendapatan musiman/tahunan. Buah yang multi manfaat, bisa dijual maupun untuk konsumsi sendiri
- bahkan ada juga yang menanam kapulaga di bawah tanaman kopi, wah pokoknya tak ada lahan yang tersisa deh...semua diusahakan ada tanamannya.
Oya, kami disini kebanyakan juga memelihara ayam, kambing, marmut bahkan sapi, sehingga kotorannya bisa untuk pupuk kandang yang menyuburkan tanaman kebun kami. Contohnya pada foto berikut ini, tanaman kopi yang sudah ratusan puluhan tahun tetap sehat...(dalam kondisi sedang berbunga)
Kesimpulannya, cara bertani kami, mungkin yang sering disebut-sebut pakar pertanian itu ya...yang, ehmm...kalo tak salah sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan yah...? atau apalah namanya, yang penting kami bisa membuktikan dari dulu nenek moyang, mbah-mbah kami sampai generasi sekarang pun, Alhamdulillah bisa hidup dari BERKEBUN. oya, dengan sistem tumpangsari ini selain bisa meningkatkan pendapatan, secara ekologi juga menguntungkan, diantaranya tanah semakin subur (karena serasah, daun, ranting dari beraneka tetumbuhan yg membusuk, hewan dan mikroorgaisme yg beraneka ragam sehingga hewan/mikroorganisme berpotensi hama/penyakit bisa terkendali dg predator alami termasuk juga udara yang segar dan nyaman.
Maka, marilah jangan ragu-ragu lagi dalam berusahatani. Asalkan rajin berusaha diiringi do'a, Insya ALLAH usaha tani kita akan maju dan berkembang untuk menghidupi keluarga kita... Insya ALLAH, amin ya Robbal Alamiiin.
Semoga bermanfaat...
Artikel terkait :
1. Bahan-yang-berpotensi-sebagai-starter kompos (Seri 4)
2. Bahan yang berpotensi sebagai starter kompos/pupuk (seri 3)
3. Bahan yang berpotensi sebagai starter kompos/pupuk (seri 2)
4. Bahan yang berpotensi sebagai starter kompos/pupuk (seri 1)
5. Membuat starter kompos/pupuk sendiri (pengenalan)
6. Tips gratis membuat EM (2)
7. Tips gratis membuat pestisida organik (4)
8. Tips gratis membuat bokashi/pupuk organik sendiri
9. Tips membuat/membiakkan EM /mikroorganisme lokal (1)
10. Potensi temu hitam sebagai insektisida dan fungisida organik
11. Analisa kandungan urine hasil fermentasi
12. Analisa biaya sederhana pembuatan pupuk organik cair
13. Tips gratis membuat insektisida organik (resep 2)
14. Potensi umbi gadung sebagai insektisida organik
15. Tips gratis membuat pupuk organik cair sederhana
16. Tips gratis membasmi hama yuyu/kepiting sawah
17. Potensi kulit jengkol sebagai insektisida organik
18. Tips membuat fungisida organik sendiri
19. Tips membuat herbisida/racun rumput sendiri
20. Tips gratis membuat pestisida organik sendiri (resep 1)
Sudah berpuluh-puluh tahun bahkan beratus tahun yang lalu, petani desa Tlogopayung bermata pencaharian hampir 99 % adalah petani. Dulunya kami berkebun jeruk, tetapi semenjak jeruk terkena penyakit CVPD kalo gak salah th 1970an-lah, kemudian semua pohon jeruk diganti dengan kopi, cengkeh, melinjo, sengon dll. Sampai sekarang. Nah, tips kali ini merupakan pengalaman petani sini dalam mengelola kebun mereka. Berikut ini tipsnya mungkin berguna untuk kita semua.
1. Guru yang terbaik dalam mengelola lahan sudah pasti alam. Ya ! Alam alias hutan. Mengapa? Wah, kalo dijelaskan bisa panjang lebar, ndak rampung-rampung hehe... Tapi, singkatnya begini... Kondisi hutan yang beranekaragam tanaman, fauna dari mikroorganisme, serangga hingga hewan besar sampai iklim mikro yg ditumbulkannya merupakan contoh paling baik bagi kita dalam mengelola kebun. Jadi, supaya kebun kita hasilnya maksimal, yah..pake cara TUMPANG SARI -lah. Tumpangsari merupakan suatu sistem penanaman berbagai macam tumbuhan/pohon dalam satu lokasi dan diusahakan tumbuhan/pohon yg ditanam tsb mempunyai fungsi yg terkait satu sama lain, apakah itu fungsi ekonomi, ekologi mapupun pelestarian alam.
2. Pelajari iklim, tanah maupun temperatur daerah kita, karena itu akan menentukan tanaman apa yg cocok di desa kita. Nah, ambil contoh, di desa kami tanaman yg cocok adalah kopi, cengkeh, sengon, melinjo, jengkol, petai dll. Kami memilih kopi dan cengkeh sebagai tanaman utama, kemudian sebagai naungan (karena kopi merupakan tanaman yang membutuhkan naungan dr cahaya matahari) kami menanam sengon, di sela-selanya pingir kami menanam melinjo dan sedikit jengkol. Di bagian pinggir, ada juga petani yang nmenanami lahan tsb dengan pisang.
Berikut gambar kebun dari petani di desa Tlogopayung...
Kebun tumpangsari |
Dari foto diatas, anda bisa lihat ada berbagai macam tanaman tumpangsari , ada kopi, cengkeh, jengkol, pisang dan sengon. Beragam tumbuhan bukan ?
3. Pemilihan jenis tanaman diatas dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut : saya sudah menjelaskan diatas pertimbangannya diantaranya yaitu aspek ekonomi dan ekologi. Hmm...begini maksudnya :
- kopi yang berbuah hampir tiap tahun dapat kita andalkan sebagai pendapatan tahunan
- cengkeh, karena disini daerah yg cukup dingin, biasanya berbuah setiap 2 tahun, tapi ya cukup lumayanlah...apalagi harga cengkeh yang cukup tinggi
- sengon, nah ini tanaman multi manfaat. Dia cocok sebagai tanaman pelindung, karena selain berdaun sempit (sehingga sinar matahari tetap bisa menerobos di sela-sela daunnya), sengon sebagai tanaman famili Leguminosae juga menyuburkan tanah karena akarnya mengandung bakteri Rhizobium (bakteri penambat N dari udara). Sengon juga cukup cepat tumbuhnya, umur 4-5 tahun sdh bisa dipanen. Bisa untuk pendapatan keluarga jangka panjang. Apalagi harga kayu sengon sekarang cukup mahal bisa sampai 700-800 ribu per meter kubik. Supaya sengon cepat besar caranya mudaH, KLIK DISINI . Seandainya sengon terserang karat puru, obatnya ADA DISINI.
- jengkol, tanaman berbuah setiap tahun. Laku di pasar. Siapa sih yang tidak suka jengkol...hmm...kesukaan saya...hehe. Bahkan kulitnya pun bisa digunakan untuk pembuatan pestisida-organik-sendiri
- pisang merupakan andalan pendapatan musiman/tahunan. Buah yang multi manfaat, bisa dijual maupun untuk konsumsi sendiri
- bahkan ada juga yang menanam kapulaga di bawah tanaman kopi, wah pokoknya tak ada lahan yang tersisa deh...semua diusahakan ada tanamannya.
Oya, kami disini kebanyakan juga memelihara ayam, kambing, marmut bahkan sapi, sehingga kotorannya bisa untuk pupuk kandang yang menyuburkan tanaman kebun kami. Contohnya pada foto berikut ini, tanaman kopi yang sudah ratusan puluhan tahun tetap sehat...(dalam kondisi sedang berbunga)
Kesimpulannya, cara bertani kami, mungkin yang sering disebut-sebut pakar pertanian itu ya...yang, ehmm...kalo tak salah sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan yah...? atau apalah namanya, yang penting kami bisa membuktikan dari dulu nenek moyang, mbah-mbah kami sampai generasi sekarang pun, Alhamdulillah bisa hidup dari BERKEBUN. oya, dengan sistem tumpangsari ini selain bisa meningkatkan pendapatan, secara ekologi juga menguntungkan, diantaranya tanah semakin subur (karena serasah, daun, ranting dari beraneka tetumbuhan yg membusuk, hewan dan mikroorgaisme yg beraneka ragam sehingga hewan/mikroorganisme berpotensi hama/penyakit bisa terkendali dg predator alami termasuk juga udara yang segar dan nyaman.
Maka, marilah jangan ragu-ragu lagi dalam berusahatani. Asalkan rajin berusaha diiringi do'a, Insya ALLAH usaha tani kita akan maju dan berkembang untuk menghidupi keluarga kita... Insya ALLAH, amin ya Robbal Alamiiin.
Semoga bermanfaat...
Artikel terkait :
1. Bahan-yang-berpotensi-sebagai-starter kompos (Seri 4)
2. Bahan yang berpotensi sebagai starter kompos/pupuk (seri 3)
3. Bahan yang berpotensi sebagai starter kompos/pupuk (seri 2)
4. Bahan yang berpotensi sebagai starter kompos/pupuk (seri 1)
5. Membuat starter kompos/pupuk sendiri (pengenalan)
6. Tips gratis membuat EM (2)
7. Tips gratis membuat pestisida organik (4)
8. Tips gratis membuat bokashi/pupuk organik sendiri
9. Tips membuat/membiakkan EM /mikroorganisme lokal (1)
10. Potensi temu hitam sebagai insektisida dan fungisida organik
11. Analisa kandungan urine hasil fermentasi
12. Analisa biaya sederhana pembuatan pupuk organik cair
13. Tips gratis membuat insektisida organik (resep 2)
14. Potensi umbi gadung sebagai insektisida organik
15. Tips gratis membuat pupuk organik cair sederhana
16. Tips gratis membasmi hama yuyu/kepiting sawah
17. Potensi kulit jengkol sebagai insektisida organik
18. Tips membuat fungisida organik sendiri
19. Tips membuat herbisida/racun rumput sendiri
20. Tips gratis membuat pestisida organik sendiri (resep 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar